Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang yang mana 95% di antaranya adalah pengguna sosial media 1. Kehidupan kita sehari-hari seperti bergantung penuh pada penggunaan sosial media. Salah satu contohnya adalah menggunakan media sosial untuk kepentingan berkomunikasi dengan murid dan orang tua.
Sejak tahun 2020, penggunaan media sosial menjadi sarana guru berkomunikasi dengan orang tua dan murid. Hal ini dilakukan untuk membangun komunikasi yang baik dalam proses pembelajaran sebagai ganti interaksi yang menjadi terbatas oleh karena pandemi.
Namun, setelah pembatasan sosial mulai dilonggarkan, penggunaan media sosial di kalangan para guru untuk menghubungi orang tua, maupun sebaliknya, masih sangat lumrah ditemukan. Walaupun pertemuan-pertemuan secara langsung sudah bisa dilakukan, komunikasi melalui media sosial ternyata masih dipilih karena dipandang efisien dan dapat digunakan kapan saja.
Salah satu implikasi dari fenomena ini adalah sulitnya memberikan batasan dalam hal meresponi percakapan di media sosial. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum pandemi, waktu kerja guru berakhir pada saat jam pulang sekolah, misalnya pukul 15:30. Setelah itu, guru bisa lebih leluasa menghabiskan waktu dengan keluarga ataupun sesekali melakukan kegiatan produktif lainnya. Namun, beberapa tahun belakangan ini, komunikasi antara guru dan murid semakin tidak memiliki batasan dalam hal waktu. Murid dapat menghubungi guru kapan saja dan di mana saja selama murid memiliki media sosial yang terhubung dengan guru. Alhasil, guru kemudian menghadapi suatu kesulitan dalam memberikan batasan sehingga guru pun terkesan bekerja selama 24 jam untuk meladeni murid dan orang tua yang hendak bertanya perihal sekolah.
Menurut Anne Cooper dan Alison Inglehearn, penggunaan media sosial dalam ranah profesional mempercepat pembentukan relasi yang cenderung informal sehingga dalam hal otoritas akan sangat mungkin menjadi tidak jelas 2. Hal ini jika dibiarkan di dalam jangka panjang, tentunya tidak baik bagi pertumbuhan guru baik secara personal maupun profesional.
Oleh karena itu, untuk menolong guru memberikan batasan yang sehat dalam hal interaksi di media sosial, berikut ini langkah praktis yang dapat dilakukan.
- Memberikan instruksi tugas yang jelas
Pada saat murid bertanya di luar jam kerja, alasan yang paling umum adalah bertanya atau melakukan klarifikasi tugas. Hal ini tentunya sangatlah wajar. Oleh karena itu, memberikan instruksi tugas yang jelas sangatlah disarankan. Guru dapat memberikan instruksi dengan banyak cara seperti dalam bentuk langkah-langkah tertulis, video penjelasan, dan contoh-contoh penerapan yang dapat mempermudah murid mengerjakan tugas.
- Memberikan agenda harian
Membuat agenda harian untuk murid sangatlah menolong dalam melakukan pembelajaran mandiri serta menolong orang tua untuk mendampingi murid belajar. Pemberian agenda yang rutin akan melatih murid untuk menemukan pola yang dapat menolong mereka membangun kebiasaan dalam mengerjakan tugas-tugas mandiri. Hal ini tentunya akan menolong guru untuk fokus pada menyiapkan diri secara lebih maksimal di luar jam kerja tanpa harus memberikan penjelasan berulang-ulang kepada setiap murid yang bertanya melalui media sosial karena murid sudah memiliki pola untuk belajar sebagaimana yang disediakan guru pada agenda harian.
- Memanfaatkan fitur status atau story pada sosial media
Fitur status atau story cenderung digunakan oleh banyak orang untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran, berbagi momen, serta meluapkan perasaan yang dapat dilihat oleh para pengikut. Namun, fitur ini juga dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi kepada murid-murid bahwa apakah guru bisa dihubungi pada jam-jam tertentu. Penggunaan fitur ini dinilai cukup efektif karena tidak hanya memberikan informasi, namun menolong murid-murid juga menghargai ranah privasi guru pada saat di luar jam kerja.
- Memanfaatkan fitur reaction pada sosial media & LMS
Beberapa media sosial memberikan fitur reaction untuk mendapatkan respons dari audience terhadap posts yang diunggah. Guru dapat menggunakan fitur ini untuk memastikan instruksi yang diberikan sudah jelas dan tersampaikan dengan baik sebelum jam kerja berakhir. Guru dapat melakukan pengecekan seperti contoh berikut:
“Bagi yang sudah paham instruksi Bapak, silahkan kasih jempolnya ya. Jika ada yang mau bertanya, Bapak sampai jam 16:00. Setelahnya, Bapak akan menjawab langsung besok pada saat sesi.”
- Memanfaatkan jawaban otomatis
Beberapa media sosial memberikan kemudahan seperti jawaban otomatis pada saat seseorang hendak melakukan chat. Jawaban otomatis ini bisa dipilih sebagai opsi untuk memberikan notifikasi kepada murid-murid yang sudah terlanjur mengirimkan pesan untuk bertanya. Jawaban otomatis ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan misalnya sebagai berikut:
“Ibu Yasmin sedang mengoreksi. Silahkan tuliskan pertanyaanmu, Ibu akan membalas pertanyaanmu pukul 15:00. Terima kasih.”
Solusi-solusi di atas tentunya bukan berarti guru harus membatasi relasi dengan murid di luar jam kerja. Namun, waktu istirahat bagi guru juga adalah hal yang menolong guru untuk lebih produktif dan efektif dalam menyiapkan pembelajaran dengan murid-murid nantinya.
Selain itu, terdapat manfaat lain pada saat guru memberikan batasan dalam berinteraksi di media sosial. Murid juga bisa belajar bahwa manajemen penggunaan media sosial adalah penting. Apabila mereka melihat gurunya memberi batasan yang sehat dalam berinteraksi di media sosial, maka murid juga diharapkan dapat terinspirasi melakukan hal tersebut.
Sumber
Cooper, A., & Inglehearn, A. (2015). Perspectives: Managing professional boundaries and staying safe in digital spaces. Journal of Research in Nursing, 20(7), 625–633. https://doi.org/10.1177/1744987115604066
Sugiharto, B. A. (2016, October 24). CNN Indonesia. Retrieved from cnnindonesia.com: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161024161722-185-167570/pengguna-internet-di-indonesia-didominasi-anak-muda/